Thursday, August 07, 2008

13 Wasiat Terlarang (3/3)

Empathy (Empati)
Sympathy is empty without empathy, begitu kata Ippho. Lalu apa bedanya empati dan simpati?

Menurut sebuah sumber, simpati adalah ketertarikan seseorang kepada orang lain yang seolah-olah merasakan perasaan orang lain. Contoh : Membantu korban bencana alam. Sedangkan empati adalah rasa simpati yang sangat mendalam yang mampu memberikan pengaruh pada kejiwaan dan atau fisik seseorang. Contoh : rasa rindu yang terlalu dalam bisa menyebabkan seorang gadis menjadi panas dingin akibat tidak direstuinya hubungan cinta dengan kekasihnya.

Menurut sumber yang lain lagi, empati artinya kita melihat / mendengar dengan hati dan pikiran terbuka, berusaha seobjektif mungkin, tapi tidak terlibat secara emosi. Ini yang membedakan simpati dan empati.
Contohnya adalah kalau kita mendengarkan keluhan teman kita yang mengadukan dia telah disakiti kekasihnya sambil menangis… maka kalau kita empati, kita bisa mendengar melihat masalah secara lebih objektif… dan tetap rekan kita merasa dihargai, kita pun bisa lebih fokus pada penyelesaian masalah… mungkin saja ada yang harus diperbaiki oleh teman kita.
Sementara kalau simpati, bisa jadi teman kita tenang merasa dihargai, bahkan mungkin kita terlibat dalam tangisan dan memaki-maki kekasihnya tersebut. Akan tetapi, penyelesaian masalah sangat kecil pencapaiannya dan menjadi tidak efektif.
Terserah Anda mau pilih sumber yang mana?

Hospitality (Keramahan)
Bagian ini sepertinya juga tidak perlu dijelaskan ^_^

Gratitude (Syukur)
Jika Anda pernah membaca buku “The Secret” karya Rhonda Byrne atau “Quantum Ikhlas® – Teknologi Aktivasi Hati Nurani” karya Erbe Sentanu, maka saya yakin Anda stuju dengan konsep syukur “cara kanan” berikut ini:

Syukur Cara Kanan:
Bersyukur -> Meminta -> Dikabulkan


Syukur Cara Kiri:
Meminta -> Dikabulkan -> Bersyukur

Dalam Al-Qur’an (mohon maaf buat Anda yang non-muslim) juga disebutkan bahwa, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Q.S. 14:7).

Untuk Anda yang beragama Islam, ingat juga sewaktu kita membaca Al-Fatihah dalam setiap salat-salat kita. Bukankah kita selalu membaca “Alhamdu lillah” (syukur) dulu, baru setelah itu kita membaca “Ihdina” (permohonan)???

Bersyukur yang paling kelihatan (sehingga kadang-kadang sering dipamerkan) adalah dengan menyumbang. Maka, menyumbanglah mulai sekarang! Karena saya belum pernah mendengar cerita ada orang yang tiba-tiba jatuh miskin karena sering menyumbang ^_^

Dan Anda juga pasti setuju bahwa sumbangan yang murah meriah, yaitu “senyum”. Maka, sering-seringlah menebar senyum mulai sekarang! Asal jangan senyum-senyum sendiri, saya tidak mau menanggung akibatnya ^_^

Meaning (Pemaknaan Hidup)
Kalau seorang profesional hanya memusingkan soal karir semata, berarti ia masih berada di tataran materialitas. Akan tetapi, kalau dia menjadikan karir sebagai sarana untuk menafkahi keluarga dan membantu sesamanya, berarti ia sudah berada di tataran spiritualitas horizontal. Lebih jauh lagi, kalau ia melakukan itu semua sebagai wahana untuk beribadah kepada-Nya, berarti ia sudah berada di tataran spiritualitas vertikal. Dan segenap manusia di 8 penjuru angin mengamini, inilah PEMAKNAAN HIDUP TERTINGGI.


Lalu, mengapa 13 wasiat tadi disebut terlarang??? Dalam bukunya Ippho menjawab, “Karena suka atau tidak suka, hampir seluruh wasiat jarang sekali dikaji, bahkan beberapa di antaranya dicap “haram” untuk diamalkan. Kesannya terlarang.”

Masih dalam buku tersebut, Ippho juga bertutur bahwa untuk menjadi dahsyat, seseorang tidak perlu menerapkan semuanya, tetapi cukup 8 saja. Terserah Anda mau pilih yang mana, asal 2 wasiat terkahir (Syukur dan Pemaknaan Hidup) jangan pernah Anda tinggalkan.

3 comments:

Anonymous said...

"Kalau seorang profesional hanya memusingkan soal karir semata, berarti ia masih berada di tataran materialitas. Akan tetapi, kalau dia menjadikan karir sebagai sarana untuk menafkahi keluarga dan membantu sesamanya, berarti ia sudah berada di tataran spiritualitas horizontal. Lebih jauh lagi, kalau ia melakukan itu semua sebagai wahana untuk beribadah kepada-Nya, berarti ia sudah berada di tataran spiritualitas vertikal. Dan segenap manusia di 8 penjuru angin mengamini, inilah PEMAKNAAN HIDUP TERTINGGI"

hehehe...
kena banget kita yg berprofesi sbg karyawan mas. Thx petuahnya... Insya'allah bermanfaat bagi kita semua

Mas Fey said...

Terima kasih Mas Rofiq, atas kunjungannya ^_^

Ditunggu komentarnya untuk tulisan² lain (Insya Allah) yang akan datang.

Anonymous said...

Assalamualaikum, salam kenal Mas Fey dari sesama blogger Pasir :)