Sunday, February 03, 2008

Mengapa Pria Tidak Bisa Mendengar Dan Wanita Tidak Bisa Berhenti Bicara

Disadur dari buku “Why men don’t linsten & Women can’t read map”
Pengarang: Allan & Barbara Pease

Artikel ini dimuat bukan untuk membicarakan “gender” antara Pria dan Wanita. Secara kodrat [Given] antara Pria dan Wanita memang berbeda, antara kesetaraan [equal] dan kesamaan [identical] sesuatu yang sama sekali berbeda pula. Dari artikel ini diharapkan pemahaman terhadap lawan jenis dapat dipahami atau dimengerti lebih baik lagi. Buku ini di tulis setelah dilakukan Penelitian Struktur Otak Manusia Modern dan rangkuman hasil riset/observasi sosiologi yang bertahun-tahun oleh penulis.

Kemampuan Menghafal
Pusat memori (hippocampus) pada otak wanita lebih besar ketimbang pada otak pria. Ini bisa menjawab pertanyaan kenapa bila laki-laki mudah lupa, sementara wanita bisa mengingat segala hal sampai detail. Dari beberapa penelitian, banyak wanita yang menjadi ahli sejarah karena hafalannya kuat. Bahkan sampai ada anekdot “Wanita itu.. bisa memaafkan tapi tidak bisa melupakan…”

Kemampuan bicara
Dalam struktur otak wanita, kemampuan untuk berbicara terutama ada dibagian depan otak kiri dan sebagian kecil di otak sebelah kanan. Sementara buat pria, kemampuan berbicara bukan kemampuan otak yang kritis, dan tidak ada area yang spesifik dalam otak. Jadi jangan heran kalau wanita seneng ngomong dan banyak pula yang diomongin, karena kedua belah otaknya mampu bekerja sekaligus.

Otak pria itu terkotak-kotak dan mampu memilah-milah informasi yang masuk. Di malam hari, setelah seharian penuh aktivitas, pria bisa menyimpan semuanya di otaknya. Sementara otak wanita tidak bekerja seperti itu. Informasi atau masalah yang diterimanya akan terus berputar-putar dalam otaknya. Dan ini nggak akan berhenti sampe dia bisa mencurahkan isi otaknya alias curhat. Oleh sebab itu, kalo wanita bicara, tujuannya adalah untuk mengeluarkan uneg-unegnya, bukan untuk mencari kesimpulan atau solusi permasalahan.

Bagi wanita, curhat dengan teman-temannya merupakan sebuah tanda kepercayaan dan persahabatan. Dengan berbicara seorang wanita memang belum tentu mendapatkan jalan keluar untuk permasalahnya. Tetapi, mereka lega dan nyaman karena sudah bisa ngomong “ngalor ngidul”.

Dalam sebuah penelitian, rata-rata wanita bisa bicara 20 ribu kata dalam sehari. Sementara pria hanya sekitar 7 ribu kata sehari. Hal ini yang menyebabkan wanita sering “ngerumpi” atau “ngrasani” atau “ngomel”.

Kemampuan Fokus
Semua penelitian yang ada menemukan bahwa otak pria lebih terspesialiasi atau terbagi-bagi. Otak pria berkembang demikian sehingga mereka hanya dapat berkonsentrasi pada satu hal yang spesifik pada suatu saat, sehingga sering mereka bilang mereka bisa ngerjain semuanya tapi “satu-satu donk”.

Banyak wanita yang bingung kenapa para pria tidak bisa kerja gabungan atau “multi-tasking”. Kenapa pria harus ngecilin suara TV jika terima atau ada telepon? Kenapa pria tidak bisa mendengar atau susah diajak ngomong jika sedang nonton TV atau baca koran?

Jawabannya adalah karena sedikit sekali jaringan yang menghubungkan otak kiri dan kanan pada pria, sehingga dapat di analogikan begini : Ketika seorang pria sedang baca koran atau nonton TV pada saat itu juga ia akan menjadi tuli.

Hal ini sangat berbeda dengan otak wanita, wanita bisa melakukan banyak hal yang berbeda pada waktu yang bersamaan. Wanita bisa bicara di telpon, pada saat yang sama masak di dapur dan nonton TV. Atau dia bisa nyetir, dandan, dengerin radio dan bicara lewat hands-free.

Karena wanita bisa menggunakan 2 sisi otaknya secara bersamaan, banyak wanita yang bingung ngebedain kanan dari kiri. Sekitar 50% wanita nggak bisa secara langsung nunjuk mana kanan dan mana kiri kalau ditanya. Tapi pria bisa secara langsung mengidentifikasi kanan dari kiri. Sebagai akibatnya, wanita sering dimarahin pria karena nyuruh mereka belokin mobilnya ke kanan padahal maksud mereka sebenernya adalah belok kiri.

Kasus Diam (“ngambek”)
Secara diam-diam, wanita berasumsi bahwa pria akan tahu apa yang dia (wanita) inginkan atau butuhkan. Lalu ketika yang terjadi tidaklah demikian, wanita menuduh pria sebagai “tak peka dan tak berperasaan”. Sang pria pun protes “Memangnya saya ini pembaca pikiran apa?!”

Kasus Toilet
Kalau Pria mau ke toilet, biasanya dia pergi emang ada maksud dan tujuannya yang jelas, yaitu buang air. Tapi wanita kalau ke toilet selain tujuan utama, bisa aja ada tujuan lain, karena mau ngobrol atau pengen curhat sama temen wanita lainnya. Jadi… jangan heran kalo wanita sering ngajak temannya (wanita lain) kalau mau ke toilet.
Coba kalau pria (misal Budi terhadap Arman) tiba-tiba bilang gini : "Man, gue mo ke toilet, ikut yuk?" Rasakan bedanya… terasa aneh kan...?

Kasus Remote TV
Sebagian besar pria suka mendominasi remote control TV dan gonta-ganti channel pada saat iklan. Padahal wanita nggak apa-apa tuh kalo nonton iklan.

Kasus Mentega di Lemari Es
Kisahnya berawal dari suami yang berdiri di depan lemari es yang terbuka.....
Suami : “Ma… Menteganya mana ya?”
Istri : “Di dalem lemari es.”
Suami : “Nggak ada tuh.” (sambil celingak-celinguk ke dalem lemari es)
Istri : “Kok bisa nggak ada? Dari dulu juga ditaruh di situ.”
Suami : “Mana? Nggak ada. Papa udah cari. Nggak ada di situ.”
Terus si istri akhirnya harus ikutan ke dapur ikutan ngelongok ke dalam lemari es dan... secara ajaib wusss… tangannya udah megang mentega.
Apa komentar selanjutnya dari si Suami?
Suami : ”Ditaruhnya di situ sich... terang aja tadi nggak keliatan!”

Kejadian semacam ini juga terulang kembali, ketika si Suami mencari selai Strawberry dan tidak ketemu. Dia hanya menemukan selai Nanas, padahal selai Strawberry itu ada di belakang selai Nanas....
Suami kadang ngerasa istri suka ngerjain mereka dengan cara ngumpetin barang-barang di laci atau lemari. Baik itu mentega, selai, gunting, handphone, kunci mobil, kunci rumah, dompet, dll. Padahal… semuanya sebenernya memang ada di situ. Tapi entah kenapa mata suami sepertinya nggak bisa ngeliat.

Hal ini bisa terjadi di lemari pakaian, rak buku atau laci tempat istri naruh barang. Yang sering dikatakan istri terhadap suami adalah: “Kalo nyari… jangan pake mulutt…!”

Alasan sebenarnya adalah karena wanita punya jangkauan sudut pandangan yang lebih besar daripada pria. Bila diukur dari hidung, bisa mencapai 45 derajat ke arah kiri-kanan-atas-bawah, bahkan ada yang mencapai 180 derajat. Jadi wanita bisa melihat isi Lemari Es atau lemari tanpa menggerakkan kepalanya.

Sementara pria kalo melihat sesuatu lebih terfokus dan otaknya memproses seolah mereka melihat dalam terowongan yang panjang. Alhasil, mereka bisa melihat jelas dan akurat apa yang ada tepat di depan mata dan jaraknya lebih jauh, hampir mirip seperti melihat sesuatu lewat teropong.
Sebenernya ada implikasi lain dari perbedaan besar sudut pandangan ini. Dengan sudut pandangan yang jauh lebih besar dari pria, mata wanita bisa “jelalatan” tanpa perlu takut ketahuan. Sementara kalo pria, sudah pasti kena tuduh atau ketangkep basah kalo matanya lagi “jelalatan”.

Padahal berdasarkan penelitian mengungkapkan bahwa : mata wanita melihat “cowok seksi” sama seringnya, bahkan lebih sering dari pada pria melihat “cewek seksi”. Akan tetapi… karena wanita memiliki sudut pandangan yang lebih “hebat” dari pria… maka … wanita jarang ketahuan jika lagi “jelalatan”.

Kasus Sepatu Biru atau Merah
Alkisah (Romi dan Yuli : samaran) sedang siap-siap untuk pergi ke pesta. Yuli baru aja beli baju baru dan pengen banget keliatan cantik. Dia pegang 2 pasang sepatu, sepasang warna biru, sepasang warna merah. Lalu dia bertanya ke Romi, dengan pertanyaan yang paling ditakutin Pria,

Yuli : "Bang, sepatu mana yang musti aku pake dengan baju ini ya?"
Romi : "Ahh... umm... yang mana aja yang kamu suka Sayang."
Yuli : "Ayo donk Bang," (sambil nggak sabaran)
"Yang mana yang keliatan lebih bagus... yang biru atau yang merah?"
Romi : "Kayaknya yang merah deh!" (dengan gugup)
Yuli : "Emangnya yang biru kenapa Bang?" (sambil memaksa)
Romi : "Kamu emang dari dulu nggak pernah suka sama yang biru! Aku beli mahal-mahal dan kamu nggak suka khan?" (jawab Romi sekenanya)
"Kalo nggak mau denger pendapatku, kenapa tadi nanya ?" (sambil dongkol hatinya)

Romi pikir tadi dia disuruh menyelesaikan suatu masalah, tapi ketika masalahnya sudah ia selesaikan, Yuli malah kesel. Yuli, sedang menggunakan bahasa tipikal “wanita” alias cuman wanita aja yang ngerti (bahasa tidak langsung atau indirect speech).

Yuli sebenernya udah mutusin mo pake sepatu yang warna biru dan tidak sedang minta pendapat Romi, yang dia inginkan adalah konfirmasi dari Romi bahwa ia terlihat cantik dan keren pada saat di pesta nanti. Memang wanita kalau ngomong biasanya menggunakan “isyarat” tentang apa yang sebenarnya dia inginkan. Tujuannya adalah untuk menghindari konflik atau konfrontasi sehingga bisa terjalin hubungan yang harmonis satu sama lain. Indirect speech biasanya menggunakan kata-kata seperti 'kayaknya', 'sepertinya' dan sebagainya.

Ketika wanita bicara menggunakan indirect speech ke wanita lain, tidak pernah ada masalah. Wanita lain cukup sensitif untuk mengerti maksud sebenarnya. Tapi, bila dipakai untuk bicara dengan pria, bisa berakibat fatal.

Pria menggunakan bahasa langsung atau direct speech dan mereka mengambil makna sebenarnya dari apa yang orang lain katakan. Tapi sebetulnya dengan sedikit kesabaran dan banyak latihan, pria dan wanita bisa kok belajar untuk mengerti satu sama lain.

Kasus Yang Lain
Pria keheranan bagaimana wanita bisa masuk di ruangan yang ramai dan langsung bisa ngasih komentar tentang semuanya, sementara perempuan heran bagaimana pria tak bisa mengetahuinya.

Pria keheranan bagaimana wanita nggak bisa ngeliat lampu peringatan pelumas di dashboard mobil tapi bisa melihat noda kotor di kaus kaki sejauh 10 meter.

Bila wanita berkendara dan tersesat (dan mereka memang lebih sering tersesat ketimbang pria), dia akan berhenti dan bertanya. Bagi pria, ini adalah isyarat kelemahan. Dia akan berkendara terus selama berjam-jam, menggumamkan sesuatu seperti : “Aku temukan jalan baru untuk ke sana” atau “Hey, aku nemu pom bensin baru nih”.

Wanita lebih peka apabila ada wanita lain yang merasa marah atau terluka, sementara pria biasanya masih harus secara nyata melihat air mata, wajah marah atau bahkan tamparan di wajah sebelum dia benar-benar mengerti apa yang terjadi. Kepekaan wanita dalam memahami isyarat komunikasi yang halus dan samar ini sering disebut sebagai “intuisi wanita”, yang sebenernya adalah kemampuan wanita yang luar biasa dalam mendeteksi detail dan perubahan kenampakan atau perilaku orang lain. Sementara tidak demikian pada pria.

Banyak wanita yang merasa diri mereka gagal atau bahwa wanita secara umum telah jadi pecundang karena tidak bisa menaklukkan area dominan pria. Itu tidak benar. Wanita tidaklah gagal, hanya saja chemistry otak mereka belum tersesuaikan dengan ranah/bidang yang di sana pria banyak bermain.

Secara umum, awareness pria berkisar pada meraih hasil, mengejar target, mengejar tujuan, status dan kekuasaan, dan juga berkompetisi. Sementara itu awareness wanita berkisar pada komunikasi, kooperasi, harmoni, cinta, berbagi dan relationship satu sama lain.

Pria dan wanita memang berbeda, bukan perkara siapa yang lebih baik. Buku ini menegaskan bahwa jika ingin berkiprah maksimal, pahami kecenderungan natural kompetensi, lalu berkiprah dan melajulah dengan itu.

No comments: